CARA PANDANG MASYARAKAT TERHADAP GURU NGAJI

Penyuluh.com – Beragam cara pandang masyarakat terhadap guru ngaji di kampung juga melahirkan beragam sikap yang menarik untuk disimak.

Ada masyarakat yang bersikap sangat hormat dan peduli, mereka menyambut guru ngaji dengan penuh takzim, mendukung kegiatan mengajarnya, bahkan rela membantu kebutuhan madrasah atau TPQ. Bagi mereka, guru ngaji adalah aset desa, penjaga iman, dan pengasuh moral anak-anak. Mereka yakin, keberadaan guru ngaji membawa berkah bagi kampung.

Namun, ada juga yang bersikap acuh tak acuh. Mereka membiarkan anak-anaknya belajar ngaji sekadar formalitas, tanpa perhatian atau dukungan. Bahkan sebagian merasa cukup jika anaknya sudah “bisa baca Al-Qur’an” tanpa peduli adab dan akhlak yang diajarkan oleh guru ngaji.

Sebagian masyarakat lain justru bersikap kritis, kadang terlalu menuntut kesempurnaan dari guru ngaji mulai dari cara mengajar, waktu mengajar, hingga urusan pribadi. Mereka lupa bahwa guru ngaji bukan pegawai bergaji tetap, melainkan pejuang ilmu yang bekerja dengan hati dan keikhlasan.

Di sisi lain, tak sedikit yang bersikap terinspirasi dan ikut berperan, mendirikan majelis taklim, mendukung kegiatan TPQ, atau bahkan ikut mengajar secara sukarela. Sikap seperti inilah yang membuat suasana keagamaan di kampung tetap hidup dan tumbuh.

Dari semua perbedaan itu, terlihat bahwa guru ngaji bukan hanya mengajarkan huruf-huruf hijaiyah, tapi juga menjadi tolok ukur nilai keimanan dan kepedulian masyarakatnya. Sikap masyarakat terhadap guru ngaji sejatinya menggambarkan sejauh mana mereka menghargai ilmu, adab, dan perjuangan yang tak kenal pamrih.

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Scroll to Top