Urgensi Penanggulangan dan Pencegahan Paparan Terorisme pada Anak dan Remaja

penyuluh.com- Fenomena keterlibatan anak dan remaja dalam ruang digital yang berafiliasi dengan ekstremisme menegaskan bahwa radikalisasi kini menyasar kelompok usia yang paling rentan secara psikologis dan sosial. Keterlibatan mereka bukan berangkat dari niat jahat, melainkan dari interaksi di media sosial yang perlahan menggeser cara pandang mereka tanpa disadari.

  1. Media Sosial dan Kerentanan Kognitif Remaja
    Media sosial menjadi jalur paling mudah bagi kelompok ekstrem menanamkan pengaruh. Remaja yang masih dalam tahap pencarian jati diri sering kesulitan membedakan informasi yang valid dan manipulatif. Narasi simpati, ajakan diskusi tertutup, hingga pendekatan emosional digunakan sebagai strategi perekrutan yang sangat halus.
  2. Minimnya Dukungan Sosial sebagai Faktor Pemicu
    Banyak anak dan remaja memasuki ruang ekstrem bukan karena paham, tetapi karena merasa kesepian, tidak dipahami, atau tidak memiliki figur dewasa yang mendampingi. Kekosongan emosional menjadi ruang yang mudah dieksploitasi. Mereka mencari tempat bercerita, namun justru menemukan jaringan yang menyimpang.
  3. Pendekatan Penanggulangan yang Humanis dan Rehabilitatif
    Ketika seorang remaja menunjukkan kesadaran dan kemauan untuk keluar dari paparan ekstrem, penanganan harus mengedepankan pendekatan humanis. Anak pada usia ini lebih tepat dipandang sebagai korban manipulasi daripada pelaku. Rehabilitasi psikologis, pembinaan sosial, dan edukasi adalah langkah yang lebih tepat dibanding tindakan represif.
  4. Pencegahan sebagai Pilar Utama
    Upaya pencegahan harus menjadi prioritas jangka panjang. Keluarga, sekolah, masyarakat, dan lembaga keagamaan perlu memperkuat literasi digital, pendampingan emosional, serta pendidikan keagamaan yang menumbuhkan sikap moderat. Remaja membutuhkan ruang aman untuk bertanya, mengeluh, dan berdialog tanpa takut dihakimi.
  5. Kolaborasi Lintas Sektor untuk Deteksi Dini
    Pencegahan radikalisasi tidak bisa dilakukan secara parsial. Diperlukan sinergi kuat antara pemerintah, aparat keamanan, lembaga pendidikan, tokoh agama, dan keluarga untuk membangun sistem deteksi dini dan pendampingan yang menyeluruh. Kerja bersama ini memastikan setiap anak mendapatkan pengawasan dan edukasi yang proporsional.
  6. Langkah-Langkah Preventif yang Dapat Dilakukan : 1. Penguatan moderasi beragama melalui kurikulum formal dan kegiatan keagamaan berbasis dialog. 2. Pendampingan psikososial bagi remaja yang memiliki kerentanan emosional. 3. Edukasi literasi digital untuk meningkatkan kemampuan memilah informasi dan menghadapi propaganda. 4. Penciptaan ruang komunikasi sehat di rumah dan sekolah. 5. Pengawasan aktivitas digital secara proporsional, tanpa menimbulkan rasa diawasi secara berlebihan.

Penutup
Kasus keterpaparan anak dalam jaringan ekstremisme menunjukkan bahwa ancaman radikalisasi kini hadir melalui gawai yang mereka gunakan setiap hari. Dengan membangun lingkungan yang suportif, pendidikan yang seimbang, serta kolaborasi lintas lembaga, kita dapat membangun benteng kuat yang melindungi generasi muda dari pengaruh radikal dan kekerasan ekstrem. Upaya pencegahan yang konsisten bukan hanya menyelamatkan individu, tetapi juga menjaga masa depan bangsa.

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Scroll to Top